CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

10 July 2009

Membentuk Keluarga Sakinah wa Rahmah



Memasuki dunia baru bagi pasangan baru, atau lebih dikenal dengan pengantin baru memang merupakan suatu yang membahagiakan. Tetapi bukan berarti tanpa kesulitan. Dari pertama kali melangkah alam rumahtangga, semuanya sudah akan terasa lain. Lepas dari ketergantungan terhadap orang tua, teman, saudara, untuk kemudian mencuba hidup bersama orang – yang mungkin – belum pernah kenal sebelumnya. Semua ini memerlukan persiapan khusus (walaupun sebelumnya sudah kenal), agar tidak terjebak dalam sebuah dilema rumah tangga yang dapat mendatangkan penyesalan di kemudian hari. Diantara persiapan yang harus dilakukan oleh pasangan baru yang akan mengarungi bahtera rumah tangga.

Baiti Jannati – Awal mula kehidupan seseorang berumah tangga adalah dimulai dengan ijab Kabul, saat itulah segala sesuatu yang haram menjadi halal. Dan bagi orang yang telah menikah dia telah menguasai separuh agamanya.

"Barang siapa menikah, maka dia telah menguasai separuh agamanya, karena itu hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi." [HR. al-Hakim].

Sebuah rumah tangga bagaikan sebuah bangunan yang kukuh, dinding, bumbung, alang
, pintu berfungsi sebagaimana mestinya. Jika pintu digunakan sebagai pengganti maka rumah akan bocor, atau salah fungsi yang lain maka rumah akan runtuh. Begitu juga rumah tangga suami, isteri dan anak harus tahu fungsi masing-masing, jika tidak, rumahtangga itu akan runtuh dan sia-sia.

Mari kita telaah satu persatu masing-masing fungsi suami dan isteri tersebut.


Kewajiban Suami

Suami mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menyara keluarganya, tetapi disamping itu ia juga berfungsi sebagai ketua rumah tangga atau pemimpin dalam rumah tangga. Allah SWT dalam hal ini berfirman:

"Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka." (Qs. an-Nisaa’: 34).

Menikah bukan hanya masalah mampu mencari wang, walaupun ini juga penting, tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting tulang memeras keringat untuk mencari rezeki yang halal tetapi ternyata tidak mampu menjadi pemimpin bagi keluarganya.

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu." (Qs. at-Tahriim: 6).

Suami juga harus mempergauli isterinya dengan baik:

"Dan pergauilah isteri-isteri kalian dengan baik. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak." (Qs. an-Nisaa’: 19).

"Barang siapa menggembirakan hati isteri, (maka) seakan-akan menangis takut kepada Allah. Barang siapa menangis takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari neraka. Sesungguhnya ketika suami isteri saling memperhatikan, maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat. Manakala suami merengkuh telapak tangan istri (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami-isteri itu dari sela-sela jarinya." [HR. Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi' dari Abu Sa'id Al-Khudzri].

Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari isteri-isteri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, “Diantara isteri-isteri Rasul, siapakah yang paling disayangi?” Rasulullah Saw hanya tersenyum lalu berkata, “Aku akan beritahukan kepada kalian nanti.“

Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeza, Rasulullah memberikan sesuatu kepada isteri-isterinya, masing-masing sebentuk cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada isteri-isteri yang lain. Lalu suatu hari hari para isteri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya.” Kemudian, isteri-isteri Nabi Saw itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing.

Bahkan tingkat keshalihan seseorang sangat ditentukan oleh sejauh mana sikapnya terhadap isterinya. Kalau sikapnya terhadap isteri baik, maka ia adalah seorang suami yang baik. Sebaliknya, jika perlakuan terhadap isterinya buruk maka ia adalah suami yang buruk.

Hendaklah engkau beri makan isteri itu bila engkau makan dan engkau beri pakaian kepadanya bilamana engkau berpakaian, dan janganlah sekali-kali memukul muka dan jangan pula memburukkan dia dan jangan sekali-kali berpisah darinya kecuali dalam rumah. [al-Hadits].

Orang yang paling baik diantara kalian adalah yang paling baik perlakuannya terhadap keluarganya. Sesungguhnya aku sendiri adalah yang paling baik diantara kalian dalam memperlakukan keluargaku. [al-Hadits].

Begitulah, suami janganlah kesibukannya mencari nafkah di luar rumah lantas melupakan tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Suami berkewajiban mengontrol dan mengawasi anak dan isterinya, agar mereka senantiasa mematuhi perintah Allah, meninggalkan larangan Allah swt sehingga terhindar dari siksa api neraka. Ia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah jika anak dan isterinya meninggalkan ibadah wajib, melakukan kemaksiatan, membuka aurat, khalwat, dadah, mencuri, dan lain-lain.

"Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya." [HR. Bukhari].


Kewajiban Isteri

Isteri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang dituntut bagi seorang istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai pimpinan, bertanggung jawab langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga keselamatan mereka lahir-batin, dunia-akhirat.

Tanggung jawab seperti itu bukan main beratnya. Para suami harus berusaha mendidik isteri dan anak-anaknya untuk agar memperolehi jaminan syurga. Apabila anggota keluarganya itu sampai terjerumus ke neraka karena salah bimbing, maka suamilah yang akan menanggung siksaan besar nantinya.

Ketaatan seorang isteri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan menuju syurga di dunia dan akhirat. Isteri boleh membangkang kepada suaminya jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum syara’, misal: disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dan lain-lain.

"Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadhan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dikehendaki." [al-Hadist].

"Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita shalihah." [HR. Muslim, Ahmad dan an-Nasa'i].

"Wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)." (Qs. an-Nisaa’: 34).

"Ta’at kepada Allah, ta’at kepada Rasul, memakai jilbab (pakaian) yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita jahiliyah." (Qs. al-Ahzab: 32).

"Sekiranya aku menyuruh seorang untuk sujud kepada orang lain. Maka aku akan menyuruh wanita bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami terhadap mereka." [al-Hadits].

"Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan hatimu jika engkau memandangnya dan mentaatimu jika engkau memerintahkan kepadanya, dan jika engkau bepergian dia menjaga kehormatan dirinya serta dia menjaga harta dan milikmu." [al-Hadist].

0 comments: